Kamis, 12 September 2013

Perlambat Langkah

Bacaan: Pengkhotbah 2:1-26

Tetapi orang itu tidak dikarunia kuasa oleh Allah untuk menikmatinya ... - Pengkhotbah 6:2


Manusia super sibuk! Inilah polah manusia modern, pemandangan ini akan terlihat semakin jelas di kota-kota besar. Harus bangun pagi-pagi benar dan pulang larut malam. Tak ada waktu untuk santai. Tak tersisa waktu untuk sejenak beristirahat. Semuanya serba buru-buru. Jadwal padat dan tekanan untuk menjadi semakin produktif memacu kita untuk menjadi lebih sibuk lagi. Waktu tidur hanya tersisa 3-4 jam, itu pun masih digunakan untuk memimpikan apa-apa yang harus dikerjakan untuk keesokan harinya. Sungguh, manusia sudah berubah jadi robot! Bukankah hal-hal itu juga yang kadangkala kita lakukan?

Bagi kita, yang penting adalah bekerja, bekerja dan bekerja. Sibuk, sangat sibuk dan super sibuk. Mengejar karir seperti polah sopir gila. Atau memburu uang seakan-akan besok tak ada uang yang beredar lagi. Mungkin kita sudah dicekoki dengan pikiran bahwa inilah satu-satunya cara yang membuat kita menjadi sukses. Meski kesuksesan itu harus dibayar dengan stress, depresi, kegelisahan, dan keletihan yang luar biasa, bahkan kehilangan rasa untuk bisa menikmati hidup.
Sejujurnya kita tak pernah bisa menikmati kehidupan seandainya ritme hidup kita menjadi begitu cepat dan serba buru-buru. Kebanggaan menjadi manusia super sibuk hanyalah manipulasi untuk menutupi keletihan dan stress. Itu sebabnya saya sarankan agar Anda memperlambat langkah. Ini akan membuat Anda bisa menikmati arti kehidupan yang sebenarnya. Hidup untuk dinikmati dan bukan dilalui dengan tergesa-gesa. Tuhan tak menciptakan kita sebagai budak yang hidup hanya untuk kerja, bukan juga sebagai robot. Ia menciptakan kita sebagai manusia yang diperlengkapi dengan “rasa” dan kemampuan untuk menikmati hidup.
Saya paling suka dengan suasana menjelang pagi. Tak ada kebisingan, keributan, atau sesuatu yang mengharuskan saya berjalan tergesa-gesa. Sebaliknya ketika semua masih sepi, saya bisa rileks sambil menghirup udara pagi yang masih segar. Menikmati kesendirian, ketenangan, kedamaian dan keindahan yang luar biasa. Merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah suasana seperti itu sangatlah menyenangkan. Rasa syukur terucap seiring dengan kebaikan-kebaikan Tuhan yang saya rasakan. Apalagi mengingat kasihNya yang seperti fajar pagi yang tiada pernah terlambat bersinar.

Tinggalkan semua kesibukan Anda untuk sejenak dan ambillah waktu untuk benar-benar isitirahat dan menikmati kehidupan.

sumber :i Renungan Harian Spirit

Tidak ada komentar: